Reproduksi Manusia dalam Qur’an
Reproduksi Manusia dalam Qur’an
Reproduksi merupakan suatu hal yang penting untuk dibahas. Karena, Dari
permulaan dan juga dalam perincian-perinciannya pembahasan itu
mengandung konsepsi yang salah. Pada abad pertengahan dan sampai periode
yang belum begitu lama, mitos dan khayal meliputi soal reproduksi. Hal
tersebut memang wajar, oleh karena untuk memahami mekanisme reproduksi
yang kompleks, orang harus tahu anatomi, dengan ditemukanya mikroskop
dan berbgai ilmu-ilmu fundamental yang menjadi sumber fisiologi,
embriyologi, obstetrik dan lain-lain.
Dalam Al-Qur-an telah di jelaskan bahwa teori yang ada berlainan dengan
itu semua. Disebutkan pula tempat-tempat mekanisme yang tepat dan
menyebutkan tahap-tahap yang pasti dalam reproduksi, tanpa memberi bahan
yang keliru sedikit pun. Semuanya diterangkan secara sederhana dan
mudah difahami oleh semua orang, serta sangat sesuai dengan hal-hal yang
ditemukan Sains pada kemudian hari.
Reproduksi pada manusia merupakan proses untuk melestarikan jenisnya dan
memperbanyak populasinya. Di dalamnya terdapat peristiwa-peristiwa yang
kompleks baik mekanik, kimiawi maupun illahiah.
Hal inilah yang menjadi suatu masalah untuk bisa dipecahkan dan
diketahui bersama, apakah fertililasi atau pembuahan sesungguhnya
terjadi melalui peleburan antara sel sperma dengan sel telur?.
Karena berdasarkan hipotesis yang ada selama ini, baik pada manusia
maupun hewan fertilisasi terjadi di mulai pada saat pertemuan sel telur
dengan sperma yang kemudian menjadi zigot dan berkembang menjadi
individu baru yang sosoknya sama dengan induknya.
Fertilisasi terjadi setelah pertemuan antara sel spermatozoa dengan sel
telur di dalam tuba Falopii, selanjutnya akan terjadi peleburan antara
kedua inti sel tersebut. Hasil fertilisasi ini berupa makhluk hidup
bersel tunggal yang di sebut zigot, yang kemudian zigot akan menempel ke
rahim ibu agar dapat menghisap sari-sari makanan dari rahim ibu.
Adapun ayat al-qur’an yang menyebutkan mengenai fertilisai ini, yaitu yang termaktub dalam Surat Al-Qiyamah: ayat 3 Yang artinya
“Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim)“
Dari ayat tersebut dapat diterjemahkan kata bahasa Arab Nutfah dengan
kata “setetes sperma,” kecuali jika nanti ada kata bahasa Prancis yang
lebih cocok. Perlu diterangkan bahwa “Nutfah” berasal dan akar kata yang
berarti: mengalir; kata tersebut dipakai untuk menunjukkan air yang
ingin tetap dalam wadah,
sesudah wadah itu dikosongkan. Jadi kata itu menunjukkan setetes kecil,
dan di sini berarti setetes air sperma, karena dalam ayat lain
diterangkan bahwa setetes itu adalah setetes sperma. Nutfah sendiri
merupakan proses pencampuran anatara setetes mani laki-laki dan wanita
yang di sebut sperma yang mengandung sel spermatozoa yang bercampur
dengan sel telur (ovum).
Kata bahasa Arab Maniy berarti Sperma. Suatu ayat lain menunjukkan bahwa
setetes air itu ditaruh di tempat yang tetap (Qarar) yang berarti alat
kelamin. Perlu ditambahkan di sini bahwa kata sifat “makin” tak dapat
diterjemahkan dalam bahasa Perancis. Kata tersebut menunjukkan tempat
yang terhormat, tinggi dan kokoh. Bagaimanapun, maksudnya adalah tempat
membesarnya manusia dalam organisme ibu. Tetapi yang lebih penting ialah
bahwa ide tentang setitik cair yang diperlukan untuk pembuahan, sesuai
tepat dengan Sains yang sudah diketahui sekarang.
Banyak ahli tafsir seperti Hamidullah berpendapat bahwa campuran itu
adalah campuran unsur lelaki. Begitu juga ahli-ahli tafsir kuno yang
tidak memiliki ide sedikitpun tentang fisiologi pembuahan, khususnya
kondisi-kondisi biologi wanita-wanita. Mereka itu berpendapat bahwa kata
“campuran” hanya menunjukkan bertemunya unsur lelaki dan wanita. Tetapi
ahli tafsir modern seperti penulis Muntakhab yang diterbitkan oleh
Majlis Tertinggi Soal-soal Islam di Cairo mengoreksi cara para ahli
tafsir kuno dan menerangkan bahwa setetes sperma mengandung banyak
unsur-unsur. Ahli-ahli tafsir Muntakhab tidak memberikan perincian
tetapi dirasa keterangannya sangat tepat. Apakah unsur-unsur sperma yang
bermacam-macam itu? Cairan sperma dibikin oleh pengeluaran-pengeluaran
bermacam-macam yang berasal dari kelenjar-kelenjar seperti berikut :
Testicule, pengeluaran kelenjar kelamin lelaki yang mengandung
spermatozoide yakni sel panjang yang berekor dan berenang dalam cairan
serolite.
Kantong-kantong benih (vesicules seminates); organ ini merupakan tempat
menyimpan spermatozoide, tempatnya dekat prostrate, organ ini juga
mengeluarkan cairan tetapi cairan itu tidak membuahi.
Prostrate, mengeluarkan cairan yang memberi sifat krem serta bau khusus kepada sperma.
Kelenjar yang tertempel kepada jalan air kencing. Kelenjar Cooper atau
Mery mengeluarkan cairan yang melekat, dan kelenjar Lettre mengeluarkan
semacam lendir.
Itulah unsur-unsur campuran yang tersebut dalam Al-Qur-an. Tetapi ada
lagi suatu hal yang penting. Jika Al-Qur-an berbicara tentang cairan
yang membuahi dan yang terdiri dari bermacam-macam unsur, maka di
dalamnya terkandung asal muasal terjadinya manusia adalah karena sesuatu
yang dapat dikeluarkan dari cairan tersebut.
Sehingga dari penjelasan semua itu dapat dibuktikan pada saat ini
melalui banyak penelitian dan dari hasil penelitian itu sampai sekarang
ini dapat diterapkan dalam ilmu kedokteran. Didapatkan bahwa
sesungguhnya Reproduksi manusia terjadi melalui proses-proses yang umum
pembuahan (fecondation) dalam rahim. Ada suatu ovule yang memisahkan
diri dan ovarium di tengah-tengah siklus menstruasi. Yang menyebabkan
pembuahan adalah sperma lelaki, atau lebih tepat lagi spermatozoide, karena satu sel benih sudah cukup
satu kadar yang sangat sedikit dari sperma mengandung spermatozoide
sejumlah puluhan juta. Cairan itu dihasilkan oleh kelenjar lelaki dan
disimpan untuk sementara dalam ruangan dan saluran yang bermuara ke jalan air kencing. Ada
kelenjar tambahan yang bertebaran sepanjang saluran sperma, dan menambah
zat pelumas kepada sperma, tetapi zat itu tidak mengandung unsur
pembuahan. Telor yang dibuahi semacam itu menetap pada suatu titik
tertentu dalam rahim wanita.
Telor itu turun sampai ke rahim dan menetap di sana dengan berpegangan
dengan zat liat dan dengan otot sesudah tersusunnya placenta. Jika telur
yang sudah dibuahi itu menetap di (tempat lain) dan tidak di uterus,
kehamilan akan terganggu.
Jika embrio sudah dapat dilihat oleh mata biasa, embrio tersebut
terlihat sebagai sepotong daging yang di dalamnya bentuk manusia belum
nampak. Bentuk manusia terjadi secara bertahap dan menimbulkan
tulang-tulang serta perlengkapan lainnya seperti otot, sistem syaraf,
sistem sirkulasi, pembuluh-pembuluh dan lain-lain. Inilah
catatan-catatan yang dapat kita gunakan sebagai bahan perbandingan
dengan apa yang dapat dibaca dalam Al-Qur-an tentang reproduksi.
Akan tetapi ketika melihat ayat Al-quran yang lain dimana menjelaskan
peristiwa Parthenogenesis yang terdapat dalam kisah ibu Maryam pada saat
mengandung Nabi Isa As tanpa melakukan hubungan seksual, bahkan ibu
maryam dalam keadaan masih perawan.
Surat Maryam (19): 20-21 Yang Artinya:
20. Maryam berkata: “Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki,
sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan Aku bukan (pula)
seorang pezina!”
21. Jibril berkata: “Demikianlah”. Tuhanmu berfirman: “Hal itu adalah
mudah bagiKu; dan agar dapat kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia
dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang
sudah diputuskan”.
Dalam peristiwa ini, proses hamilnya Maryam yang masih perawan merupakan
suatu peristiwa ghaib, namun dengan perkembangan dunia kedokteran
mengatakan bahwa peristiwa itu dikenal sebagai Parthenogenesis.
Parthenogenesis. Berasal dari bahasa Yunani yang berarti lahir dari
perawan. Proses ini melihat adanya fenomena reproduksi yang ditemukan
pada serangga, ikan, dan pada reptil, yaitu pada telor (ovum) yang tidak
di buahi ternyata ada dua kromosom, telur itu berkembang sebagaimana
telur yang di buahi, dan dapat dikatakan hal tersebut tidak mungkin
terjadi pada mamalian termasuk manusia. Dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan, hasil eksperimen di jepang telah mematahkan teori tersebut.
“tikus jepang” tidak berasal dari hasil kloning, dan itu adalah tikus
Parthenogenesis menurut Jean-Pierre Ozil, seorang peneliti di National
Institute of Aronomonik Research, Perancis.
Parthenogenesis buatan dilaksanakan di laboratorium buatan untuk
mengaktivasi sel telur yang tidak di buahi. Teknik tersebut dijalankan
oleh Tim yang di pimpin oleh Tomohiro Kono dari Tokyo University og
Agriculture itu menciptakan bayi tikus hanya dengan menggunakan materi
genetik tikus betina, dan penelitian tersebut menunjukan bahwa bayi
tikus itu mampu bertahan hidup, tumbuh, dan berkembang menjadi tikus
dewasa yang sehat dan subur.
Sehingga dilihat dari Rumusan Masalah diatas, Fertilisasi terjadi
setelah pertemuan antara sel spermatozoa dengan sel telur di dalam tuba
Falopii, selanjutnya akan terjadi peleburan antara kedua inti sel
tersebut. Hasil fertilisasi ini berupa makhluk hidup bersel tunggal yang
di sebut zigot, yang kemudian zigot akan menempel ke rahim ibu agar
dapat menghisap sari-sari makanan dari rahim ibu.
Sedangkan dalam penemuan lain mengatakan, bahwa fertilisasi dapat
terjadi walaupun tanpa melalui peleburan dengan sel sperma seperti dalam
kasus kelahiran Nabi Isa As. Yang mana telah dibuktikan oleh Tomohiro
Kono dan timnya, yang telah berhasil membuat tikus betina melahirkan
tanpa campur tangan tikus jantan sama sekali, atau di sebut bayi tikus
tanpa ayah, yang artinya bahwa proses pembuahan yang terjadi pada tikus
betina tanpa proses perkawinan dengan tikus jantan, dan dapat pula di
terapkan pada wanita yang dapat hamil tanpa proses hubungan seksual.
Inilah yang terjadi pada Maryam yang mengandung Isa al-Masih tanpa
hubungan seksual, serta terjadi pada Adam yang dapat menghasilkan wanita
yang bernama Hawa tanpa proses hubungan seksual.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar